Sejarah ESG di Dunia: Dari Tanggung Jawab Sosial ke Investasi Berkelanjutan

Dalam beberapa dekade terakhir, istilah ESG (Environmental, Social, and Governance) menjadi semakin populer di dunia bisnis dan investasi global.
Konsep ini bukan sekadar tren, tetapi merupakan transformasi mendasar dalam cara perusahaan dan investor menilai keberhasilan — tidak hanya berdasarkan keuntungan finansial, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan.

Namun, perjalanan menuju ESG yang kita kenal hari ini memiliki sejarah panjang, dimulai dari gerakan sosial dan etika bisnis pada abad ke-20 hingga menjadi standar global keberlanjutan di abad ke-21.

Akar Sejarah: Investasi Etis dan Tanggung Jawab Sosial (1940–1980)

Cikal bakal ESG berawal dari konsep “investasi etis” (ethical investing) yang muncul di Amerika Serikat dan Eropa setelah Perang Dunia II.
Pada masa itu, sebagian investor — terutama lembaga keagamaan dan yayasan sosial — mulai menghindari investasi pada sektor yang dianggap merugikan moral atau masyarakat, seperti industri senjata, alkohol, tembakau, dan perjudian.

Salah satu tonggak awalnya adalah:

  • 1948: Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB — menjadi dasar moral bagi bisnis dan investasi yang bertanggung jawab.
  • 1960–1970-an: Munculnya gerakan sosial besar seperti civil rights movement, gerakan anti-perang Vietnam, dan kesadaran lingkungan setelah penerbitan buku Silent Spring (Rachel Carson, 1962).
    Buku ini membuka mata dunia terhadap dampak berbahaya pestisida terhadap lingkungan dan manusia.

Pada periode ini, konsep Corporate Social Responsibility (CSR) mulai muncul. Perusahaan mulai menyadari bahwa keberhasilan jangka panjang tidak hanya ditentukan oleh profit, tetapi juga hubungan dengan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Era Awal Kesadaran Lingkungan Global (1980–1990-an)

Memasuki 1980-an, isu lingkungan menjadi perhatian utama dunia.
Beberapa peristiwa besar memperkuat kesadaran ini:

  • 1984: Tragedi kebocoran gas beracun Bhopal di India.
  • 1986: Bencana nuklir Chernobyl di Ukraina.
  • 1987: Laporan Brundtland (“Our Common Future”) yang memperkenalkan istilah Sustainable Development — atau pembangunan berkelanjutan, yakni pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan generasi mendatang.

Tahun 1992, Konferensi Bumi di Rio de Janeiro (Earth Summit) menghasilkan Agenda 21 dan UNFCCC (Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim).
Dari sinilah, konsep keberlanjutan (sustainability) mulai masuk ke kebijakan bisnis, pembangunan, dan keuangan global.

Dari CSR ke ESG: Integrasi Keuangan dan Keberlanjutan (2000–2010)

Istilah ESG secara resmi diperkenalkan pada tahun 2004 melalui laporan “Who Cares Wins” yang diterbitkan oleh United Nations Global Compact (UNGC) bekerja sama dengan World Bank dan sejumlah lembaga keuangan besar.
Laporan tersebut menyatakan bahwa faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola harus menjadi bagian dari analisis keuangan karena berpengaruh terhadap kinerja jangka panjang perusahaan.

Tahun-tahun penting berikutnya:

  • 2006: Peluncuran UN Principles for Responsible Investment (UN PRI) — inisiatif PBB yang mendorong investor global untuk mengintegrasikan prinsip ESG dalam keputusan investasi.
  • 2008: Krisis keuangan global memperlihatkan lemahnya tata kelola perusahaan (governance), memperkuat pentingnya pilar “G” dalam ESG.
  • 2011: OECD dan PBB meluncurkan Guidelines for Multinational Enterprises dan UN Guiding Principles on Business and Human Rights, menegaskan tanggung jawab sosial korporasi secara global.

Sejak saat itu, ESG tidak lagi dianggap sebagai kegiatan filantropi atau tambahan reputasi, melainkan sebagai bagian dari strategi bisnis dan investasi yang cerdas.

Era Modern ESG: Investasi Hijau dan Standar Global (2015–Sekarang)

Periode setelah tahun 2015 menjadi titik penting dalam sejarah ESG karena dunia mulai menempatkannya sebagai kerangka utama pembangunan ekonomi global.

Beberapa momentum besar yang memperkuat ESG antara lain:

  • 2015:
    • Penandatanganan Paris Agreement, yang menegaskan komitmen global menahan kenaikan suhu bumi di bawah 2°C.
    • Peluncuran Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) oleh PBB — 17 tujuan global yang menjadi panduan bagi perusahaan dan negara.
  • 2019: Investor global mulai mengalihkan dana besar ke green investment dan obligasi berkelanjutan (green bonds).
  • 2020–2023: Lembaga keuangan dunia seperti BlackRock, JP Morgan, dan Morgan Stanley menegaskan ESG sebagai kriteria utama investasi masa depan.
  • 2021: Uni Eropa memperkenalkan EU Taxonomy Regulation untuk menilai apakah suatu aktivitas ekonomi benar-benar berkelanjutan secara lingkungan.

Saat ini, lebih dari 5.000 lembaga investasi di 80 negara telah menandatangani prinsip UN PRI, dengan total aset kelolaan melebihi US$120 triliun yang memperhitungkan faktor ESG.
Ini menandai pergeseran besar dari ekonomi berbasis eksploitasi menuju ekonomi berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Tantangan ESG di Dunia Saat Ini

Meski penerapan ESG berkembang pesat, masih banyak tantangan yang dihadapi secara global, di antaranya:

  1. Greenwashing (pencitraan hijau):
    Banyak perusahaan mengklaim ramah lingkungan tanpa bukti nyata atau verifikasi independen.
  2. Ketidakharmonisan standar dan pelaporan:
    Beragam lembaga seperti GRI, SASB, TCFD, dan IFRS memiliki format berbeda, sehingga menyulitkan konsistensi pelaporan global.
  3. Kesenjangan antara negara maju dan berkembang:
    Negara berkembang sering kekurangan sumber daya dan teknologi untuk memenuhi standar ESG internasional.
  4. Ketegangan antara profit dan prinsip keberlanjutan:
    Sebagian pelaku usaha masih melihat ESG sebagai beban biaya, bukan investasi jangka panjang.

Namun, di balik tantangan itu, ESG juga membuka peluang besar bagi inovasi — dari energi terbarukan, circular economy, hingga keuangan hijau (green finance) — yang kini menjadi motor penggerak ekonomi global baru.

Penutup: Dari Tren ke Transformasi

Perjalanan sejarah ESG menunjukkan bahwa bisnis dan keberlanjutan tidak lagi dapat dipisahkan.
Dari etika moral di tahun 1940-an, kesadaran lingkungan pada 1970-an, hingga menjadi strategi investasi global di abad ke-21, ESG telah berevolusi menjadi paradigma baru pembangunan ekonomi dunia.

Kini, ESG bukan hanya tentang menjaga reputasi atau kepatuhan regulasi, tetapi tentang menjamin keberlangsungan bumi dan generasi manusia di masa depan.
Dalam kata lain, keberhasilan sejati di era modern bukan hanya diukur oleh seberapa banyak kita untung, tetapi juga seberapa besar kita berkontribusi pada kebaikan dunia.

You may also like...